My Pages

Friday, January 13, 2017

Ibunda dari Suamiku


from: Sonya San Jay

Cinta sejati tidak akan terlepas dari cinta kepada ayah dan ibu...

Tidak ada orangtua yang sempurna, hanya lah cinta yang menutupi ketidaksempurnaan itu.

Ini adalah kisah ku dengan pria idamanku yang menjadi suami ku tercinta !

Kami adalah sekelas sejurusan di kuliah kami. Pria idamanku sebenarnya ganteng lho.... Cewek manapun pasti suka dia. Akan tetapi, tak pernah sekalipun ku lihat dia berpacaran. Sampai aku pun mengira dia ini gay, saat aku menyatakan cintaku padanya dan ditolak olehnya !

Hari hari akhirnya penuh ke-galau-an.
Hidup serasa kosong..
Tak jelas arah tujuan....

Satu malam, aku pergi ke night club 'milk n coffee' biasa, aku melihat nya bekerja sebagai bartender di sana.
Aku tak perduli.
Aku minum sampai mabuk,
dan tanpa sadar aku menciumnya dengan paksa!

Tapi sejak itu, dia makin menjauh dariku.
Aku tidak suka dengan sikapnya itu!
Aku perintahkan orang-orangku untuk memukul dia!

Aku yakin dia akan makin membenciku.
Membenciku selamanya!
Ta masalah... puaslah aku...

Namun takdir berkata lain....

Setelah lulus kuliah, aku bekerja di satu perusahaan yang cukup terkenal di kotaku milik teman papah ku.

Hingga suatu hari aku bertemu dengan dia !
Dia datang untuk interview di perusahaan tempatku bekerja.

Tampak kaget di wajahnya ketika melihat aku.

Lalu kami ngobrol, dengan agak canggung, sampai akhirnya dia minta ijin untuk pergi interview.

Malam harinya aku telepon dia sekedar menanyakan bagaimana hasil interview tadi siang. Dari suaranya, aku menebak dia gagal. Aku coba mengundangnya makan malam.

Dan...Dia menerima ajakanku !

Semalaman kami ngobrol banyak sekali! Aku bahkan memberanikan diri bertanya, kenapa kamu menghindar dari aku? 
 
Dia menegaskan sama sekali tidak membenci aku,  meski aku telah menyuruh orang-orangku untuk memukulnya.

Dia juga menjelaskan soal penolakan pernyataan cintaku, karena merasa berasal dari keluarga yang miskin.
Yang menurutnya justru akan menjadikan penderitaan bagiku jika aku bersamanya kelak.

Aku sedih mendengarkan penjelasan ini.
Tiimbul penyesalan...

Kejamnya aku!

Tak pernah mencoba mengerti soal dia yang harus berjuang sekeras mungkin untuk mendukung ekonomi keluarganya!

Sejak saat itu, hubungan kami membaik dan semua masalah selalu kami bicarakan bersama. Saling mendukung satu sama lain, saling mengisi, berjuang bersama, bahkan tanpa kami sadari, kami sudah berpacaran !

Hari hari ku penuh kebahagiaan bersamanya. Pria idamanku !

Pada akhirnya aku ingin bertemu dengan Ibunya. Yang aku tahu mereka memang keluarga miskin, tapi tak pernah aku sangka, Ibunya ternyata cacat.

Mamahku mengetahui ini, tidak setuju dengan hubungan kami. Meski aku jelaskan, hubungan ini adalah antara aku dengan calon suamiku, bukan soal orangtua dia.

Apa daya, orangtuaku bersikeras tidak mau dengar alasanku.

Hari hari berlalu, kami tetap pacaran, meski 'backstreet' ... sampai tiba tiba aku hamil!

Dengan situasi ini, orangtuaku tampak menyetujui hubungan kami dan segera  mempersiapkan acara pernikahan untuk kami. Betapa senangnya aku ! Akhirnya pria ini akan jadi suamiku !

Namun muncul masalah baru !
Mamahku bersikeras melarang calon suami ku untuk mendatangkan ibunya yang cacat ke pesta pernikahan kami.

Alasannya adalah karena hari itu akan banyak orang penting yang akan datang dan mamah tidak suka jika muka keluarga hilang hanya karena tahu kalau ibu dari calon suamiku cacat.

Aku berusaha membujuk mamahku.
Namun mamah menegaskan bahwa ini keputusan untuk merestui pernikahan kami. Aku bingung. Aku tak ingin pernikahan ku ini gagal. Aku tak ingin kehilangan pria idamanku !

Akhirnya kusampaikan hal ini ke calon suamiku. Dan memohon padanya agar memenuhi syarat permintaan dari mamahku itu, demi aku.

Di pesta pernikahan,
benar, ibu dari suami ku tidak datang. Sampai saat di tengah pesta, suami ku tiba-tiba pergi keluar dan masuk dengan menggendong ibunya dan mendudukkan di kursi suamiku.
Lalu dia naik ke panggung,
dengan mic yang sengaja diperkeras,
dengan gagah berani,
suami ku berkata,

"Hadirin sekalian yang terhormat,
Terima kasih sudah datang ke pesta pernikahan kami dan menjadi
saksi cinta kami berdua.
Namun yang terpenting,
saya berterimakasih kepada
kedua orangtua saya,
yang membesarkan saya dengan gigih
hingga sekarang ini,
mengajari bagaimana menjadi pria sejati.
Mungkin hadirin sekalian heran,
bagaimana dua orang cacat,
bisa membesarkan anak yang
seperti saya ini,
tapi itulah perjuangan mereka berdua. 

Saat saya masih SMA,
ayah mendapat kecelakaan kerja, sehingga keadaan fisik terganggu.

Namun demi anak, ayah tidak menyerah, ayah terus bekerja,
hemat, demi saya bisa bersekolah.
Ibu juga berlaku hemat,
dan tidak mengutamakan kondisi cacat hanya demi agar saya bisa sampai tamat berkuliah.
Ayah dan ibu melakukan penghematan ekonomi demi aku,
oleh karenanya harga diri keluarga saya wajib saya pegang dengan utuh.

Amanah dari Alm Ayah adalah, berusahalah terus menyenangkan ibu, bagaimana pun caranya.
Apakah salah jika saya mendatangkan ibunda tercinta di hari pernikahan kami ini yang hanya sekali seumur hidup ?

Memiliki Ibunda yang cacat tidaklah memalukan, lebih memalukan lagi jika saya tidak bisa menghargai orang yang menggunakan nyawa dan tubuhnya untuk menjamin masa depan saya !"
 
Suamiku dengan air matanya, turun dari panggung, berlutut depan ibunya, dan mencium kaki sebanyak 3 kali sebagai tanda hormat dan cinta kepada ibu.

Standing Applause dari tamu dan hadirin tampak ramai suasana dan
di waktu yang sama, "menghitamkan" muka mamahku.
Aku tahu, cara itu memalukan keluargaku,
apalagi mamahku,

tapi aku tahu, bersama dengan pria yang begitu mencintai keluarganya sendiri,
aku akan mampu menghadapi rintangan masa depan yang tidak aku tahu,
Aku tidak takut karena dia bersamaku.

Terimakasih pria idaman ku, suamiku tercinta.


Tammat


No comments:

Post a Comment

Write here for your comment...